Viewers

Jumat, 08 Agustus 2014

Mudik Seru

 Mungkin sudah menjadi tradisi masyarakat indonesia untuk melaksanakan Mudik pada saat lebaran telah tiba. Mereka berbondong-bondong mencari transportasi dari mulai darat, laut, hingga udara. Mungkin salah satu yang menjadi primadona pada saat lebaran ini adalah kereta. Ya, siapa yang tidak tahu transportasi yang satu ini. Dengan listrik dan rel yang cukup panjang serta pengendaranya yang kita kenal sebagai masinis ini menjadi salah satu transportasi yang sangat diminati sebagian pemudik. Alasan mereka menaiki transportasi ini beragam. Salah satunya ialah terhindar dari kemacetan meskipun mereka hanya bisa menikmati kursi kereta dengan cara mepet-mepetan. Kali ini saya akan menceritakan tentang pengalaman mudik saya menuju kota bandung. Siapa yang tak kenal dengan kota yang satu ini. Kota yang sering dijuluki kota kembang ini memiliki banyak kuliner di dalamnya. Salah satunya yang saya sukai ialah cilok. Ya tentu saja semua orang mengenal makanan yang satu ini. Kota bandung ini memiliki banyak objek wisata yang tak kalah bagusnya dengan kota yang lainnya. Salah satunya ialah kawah putih, dari namanya saja kita bisa menyimpulkan bahwa dengan kita berada disana seluruh mata kita akan disuguhi pemandangan kabut yang tebal dan berwarna putih. Saya dan keluarga saya memutuskan untuk pergi ke kampung halaman pada H-2 lebaran. Alasannya ya tidak jauh-jauh selain menghindari padatnya pemudik yang ingin menggunakan jasa transportasi kereta api.

Tiba waktunya kami berkemas untuk berangkat ke kampung halaman esok hari. Saya dan keluarga saya sibuk membenahi barang masing-masing yang perlu dibawa. Mulai dari makanan, pakaian, bahkan chargeran atau power bank telah kami kemas di dalam tas masing-masing. Saya sudah tak sabar dengan perjalanan ke kampung halaman tercinta yaitu kota bandung.

Esok paginya semua anggota keluarga telah siap dengan bawaan mereka masing-masing di depan teras rumah. Mereka sedang sibuk dengan memeriksa bawaan mereka. Lalu kami bergegas menaiki angkutan kota yang sebelumnya sudah kami sewa untuk membawa kami sekeluarga menuju stasiun manggarai. Sampailah kami di stasiun manggarai yang telah memakan waktu sekitar 20 menit dari rumah saya. Dengan bergegas kami membawa barang dan menyiapkan karcis untuk diperiksa ke petugas stasiun. Cukup lama kami menunggu sekitar 30 menit, saya menghabiskan waktu tersebut untuk bermain dengan salah satu smartphone canggih saya yang diproduksi oleh smartfren. Dengan smartphone ini saya tak perlu khawatir dengan masalah kehabisan baterai. Tak lama kemudian kereta yang akan membawa kami ke kampung halaman pun tiba. Langsung saja saya dan keluarga saya menaiki kereta tersebut. Ternyata saya tidak dapat kursi yang diharapkan semua penumpang sehingga saya harus berdiri dengan bawaan saya sendiri dititip oleh kakak saya yang dapat tempat duduk. "Sabar ya, wanita harus didahului" kata salah satu kakak saya. Sungguh ungkapannya membuat saya mengelus dada agar lebih sabar lagi.

Perjalanan masih panjang namun rasanya kaki ini mulai merasa lelah karena telah berdiri selama beberapa menit. Ku kuatkan kaki ini demi pulang ke kampung halaman. Tidak kuat dengan kaki ini, saya duduk pada lantai kereta dan tertidur cukup lelap. Saya bermimpi saya sedang memakan kue puding di tangan saya. Semakin saya sentuh puding itu, semakin ku ingin mencicipi makanan yang lembut itu. Ku elus-elus puding itu dan siap untuk disantap. Ku cium aromanya seakan ku ingin menyantap makanan itu dengan cepat. "Dik, dik bangun dik" seorang bapak tua membangunkan mimpiku yang indah itu. Ku tersadar bahwa apa yang ku lihat hanyalah mimpi di siang hari. Ku berpikir sejenak sambil merasakan apa yang ada di tanganku kini. Benda itu lengket layaknya puding coklat yang saya impikan. "Apakah benar yang ada di tanganku kini adalah puding ?" Tanyaku dalam hati. Ku lihat ternyata benda itu berwarna putih dan hitam di sisi kanan dan kirinya. Baunya lebih aneh daripada puding yang tadi saya impikan. "Dik maafkan ayam saya dik, udh mengenai tanganmu tuh" kata bapak tua yang ternyata pemilik dari ayam itu. "Oh iya pak, gapapa" kataku dengan tenang mengetahui yang ku sentuh adalah kotoran ayam yang dimiliki bapak tua tersebut padahal dalam lubuk hati yang paling dalam ini terselip rasa geram pada ayam itu. "Sabar, sabar pasti ada hikmah dibalik setiap kejadian" kataku dalam hati menenangkan diri sendiri. Setelah ku mengetahui benda yang ada di tanganku itu adalah kotoran ayam, langsung saja ku bersihkan dengan tisu basah yang saya bawa tadi pagi. Namun tetap saja bau yang menusuk ini tidak kunjung hilang. Ku tak ingin satu keluargaku tahu tentang kejadian ini. Tapi mereka menyadarinya dengan mencium bau tangan saya. Mereka yang tadinya terlihat tersiksa dengan bau tangan saya ini, kontan membuat mereka tertaea terbahak-bahak. Ku malu dengan apa yang terjadi pada diriku, tapi hikmahnya saya bisa menciptakan kebahagian bagi keluarga saya. Saya senang melihat mereka tertawa riang.

Akhirnya sampai juga saya di kampung halaman saya. Kota bandung yang kini saya lihat sangat berbeda dari apa yang dulu saya lihat. Yang paling mencolok dari perubahannya kini adalah makin padatnya kendaraan bermotor, sehingga udara bersih yang dulu bisa kurasakan kini mulai memudar.