Mungkin sudah menjadi tradisi masyarakat indonesia untuk melaksanakan
Mudik pada saat lebaran telah tiba. Mereka berbondong-bondong mencari
transportasi dari mulai darat, laut, hingga udara. Mungkin salah satu
yang menjadi primadona pada saat lebaran ini adalah kereta. Ya, siapa
yang tidak tahu transportasi yang satu ini. Dengan listrik dan rel yang
cukup panjang serta pengendaranya yang kita kenal sebagai masinis ini
menjadi salah satu transportasi yang sangat diminati sebagian pemudik.
Alasan mereka menaiki transportasi ini beragam. Salah satunya ialah
terhindar dari kemacetan meskipun mereka hanya bisa menikmati kursi
kereta dengan cara mepet-mepetan. Kali ini saya akan menceritakan
tentang pengalaman mudik saya menuju kota bandung. Siapa yang tak kenal
dengan kota yang satu ini. Kota yang sering dijuluki kota kembang ini
memiliki banyak kuliner di dalamnya. Salah satunya yang saya sukai ialah
cilok. Ya tentu saja semua orang mengenal makanan yang satu ini. Kota
bandung ini memiliki banyak objek wisata yang tak kalah bagusnya dengan
kota yang lainnya. Salah satunya ialah kawah putih, dari namanya saja
kita bisa menyimpulkan bahwa dengan kita berada disana seluruh mata kita
akan disuguhi pemandangan kabut yang tebal dan berwarna putih.
Saya dan keluarga saya memutuskan untuk pergi ke kampung halaman
pada H-2 lebaran. Alasannya ya tidak jauh-jauh selain menghindari
padatnya pemudik yang ingin menggunakan jasa transportasi kereta api.
Tiba waktunya kami berkemas untuk berangkat ke kampung halaman esok
hari. Saya dan keluarga saya sibuk membenahi barang masing-masing yang
perlu dibawa. Mulai dari makanan, pakaian, bahkan chargeran atau power
bank telah kami kemas di dalam tas masing-masing. Saya sudah tak sabar
dengan perjalanan ke kampung halaman tercinta yaitu kota bandung.
Esok paginya semua anggota keluarga telah siap dengan bawaan mereka
masing-masing di depan teras rumah. Mereka sedang sibuk dengan memeriksa
bawaan mereka. Lalu kami bergegas menaiki angkutan kota yang sebelumnya
sudah kami sewa untuk membawa kami sekeluarga menuju stasiun manggarai.
Sampailah kami di stasiun manggarai yang telah memakan waktu sekitar 20
menit dari rumah saya. Dengan bergegas kami membawa barang dan
menyiapkan karcis untuk diperiksa ke petugas stasiun. Cukup lama kami
menunggu sekitar 30 menit, saya menghabiskan waktu tersebut untuk
bermain dengan salah satu smartphone canggih saya yang diproduksi oleh
smartfren. Dengan smartphone ini saya tak perlu khawatir dengan masalah
kehabisan baterai. Tak lama kemudian kereta yang akan membawa kami ke
kampung halaman pun tiba. Langsung saja saya dan keluarga saya menaiki
kereta tersebut. Ternyata saya tidak dapat kursi yang diharapkan semua
penumpang sehingga saya harus berdiri dengan bawaan saya sendiri dititip
oleh kakak saya yang dapat tempat duduk. "Sabar ya, wanita harus
didahului" kata salah satu kakak saya. Sungguh ungkapannya membuat saya
mengelus dada agar lebih sabar lagi.
Perjalanan masih panjang namun rasanya kaki ini mulai merasa lelah
karena telah berdiri selama beberapa menit. Ku kuatkan kaki ini demi
pulang ke kampung halaman. Tidak kuat dengan kaki ini, saya duduk pada
lantai kereta dan tertidur cukup lelap. Saya bermimpi saya sedang
memakan kue puding di tangan saya. Semakin saya sentuh puding itu,
semakin ku ingin mencicipi makanan yang lembut itu. Ku elus-elus puding
itu dan siap untuk disantap. Ku cium aromanya seakan ku ingin menyantap
makanan itu dengan cepat. "Dik, dik bangun dik" seorang bapak tua
membangunkan mimpiku yang indah itu. Ku tersadar bahwa apa yang ku lihat
hanyalah mimpi di siang hari. Ku berpikir sejenak sambil merasakan apa
yang ada di tanganku kini. Benda itu lengket layaknya puding coklat yang
saya impikan. "Apakah benar yang ada di tanganku kini adalah puding ?"
Tanyaku dalam hati. Ku lihat ternyata benda itu berwarna putih dan hitam
di sisi kanan dan kirinya. Baunya lebih aneh daripada puding yang tadi
saya impikan. "Dik maafkan ayam saya dik, udh mengenai tanganmu tuh"
kata bapak tua yang ternyata pemilik dari ayam itu. "Oh iya pak, gapapa"
kataku dengan tenang mengetahui yang ku sentuh adalah kotoran ayam yang
dimiliki bapak tua tersebut padahal dalam lubuk hati yang paling dalam
ini terselip rasa geram pada ayam itu. "Sabar, sabar pasti ada hikmah
dibalik setiap kejadian" kataku dalam hati menenangkan diri sendiri.
Setelah ku mengetahui benda yang ada di tanganku itu adalah kotoran
ayam, langsung saja ku bersihkan dengan tisu basah yang saya bawa tadi
pagi. Namun tetap saja bau yang menusuk ini tidak kunjung hilang. Ku tak
ingin satu keluargaku tahu tentang kejadian ini. Tapi mereka
menyadarinya dengan mencium bau tangan saya. Mereka yang tadinya
terlihat tersiksa dengan bau tangan saya ini, kontan membuat mereka
tertaea terbahak-bahak. Ku malu dengan apa yang terjadi pada diriku,
tapi hikmahnya saya bisa menciptakan kebahagian bagi keluarga saya. Saya
senang melihat mereka tertawa riang.
Akhirnya sampai juga saya di kampung halaman saya. Kota bandung yang
kini saya lihat sangat berbeda dari apa yang dulu saya lihat. Yang
paling mencolok dari perubahannya kini adalah makin padatnya kendaraan
bermotor, sehingga udara bersih yang dulu bisa kurasakan kini mulai
memudar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar